Etika
Profesi Tukang Bubur Keliling
Nama : Dita Ariska
Kelas : 4 KA 28
NPM : 12110102
Profesi tukang bubur keliling yang
menjadi objek penelitian penulis adalah tukang bubur keliling langganan penulis
sejak kecil yang telah berjualan keliling di sekitar kompleksnya, bahkan sejak
penulis menduduki bangku Sekolah Dasar pun telah berlangganan membeli bubur
untuk sarapan dengan sang pedagang keliling. Metode penelitian penulis akan
tugas ini melalui wawancara dengan sang pedagang keliling. Penulis tidak hanya
bertanya seputar etika pada profesi pedangang bubur keliling tersebut, akan
tetapi juga menanyakan banyak hal seputar pengalam kerja dari profesinya
sebagai pedagang bubur keliling yang telah beliau geluti selama hampir 12
tahun, yaitu sejak tahun 2002 beliau telah bekerja sebagai pedangang bubur
keliling di Perumahan Rawa Lumbu blok 1, 2, dan 3 Bekasi Timur.
Profesi sebagai pedangan bubur
keliling ini salah satu bidang pekerjaan yang sedikit demi sedikit akan
menguntungkan, apalagi jika sudah memiliki pelanggan tersendiri, maka omset
penjualan akan semakin tinggi. Karena pada umumnya pembeli akan membeli untuk
sarapan dan biasanya para ibu rumah tangga belum sempat untuk memasak sarapan
pagi. Sehingga masyarakat pada umumnya akan memilih bubur untuk sebagai sarapan
pagi. Sang pedangang keliling ini cukup memiliki banyak pelanggan yang loyal
meskipun harga bubur permangkuknya hanya 6 ribu rupiah, harga ini hampir
menyamai harga standar bubur pada umumnya.
Selama hampir 15 tahun bekerja
dibidang ini, ada banyak suka duka yang di alami oleh beliau yang biasa disapa
dengan panggilan bang bule. Beliau menuturkan bahwa sesame rekan seprofesi
dibidang penjual keliling, mereka juga memiliki beberapa etika pada umumnya
tidak terlalu bersinggungan, mengapa? Karena sebagai pedangang keliling,
masing-masing pedagang memiliki citra rasa makanan yang dijajakan oleh penjual
dimata para langganannya. Artinya, walaupun ada beberapa pedagang keliling lain
yang menjadi saingannya, tetapi setiap pedangang keliling memiliki citra rasa
makanan yang berbeda-beda sehingga pelanggan dapat menilai kira-kira pedagang
keliling mana yang rasanya enak dan harganya efisien.
Bahkan sesama pedangang keliling
yang daerah penjajakannya sama, juga tidak memiliki aturan baku dalam bekerja. Berdasarkan
pengalaman dari bang bule, setiap pedagang keliling khususnya penjual bubur
keliling, mereka bekerja dengan karakter dan variasi makanan mereka
masing-masing tanpa memiliki prosedur kerja yang baku untuk mencari pelanggan. Inilah
yang menjadi salah satu perbedaan antara pedagang keliling dengan pedagang yang
berjualan menetap disuatu tempat. Karena pedagang yang bekerja menetap atau
menyewa tempat untuk berjualan, mereka bekerja berdasarkan standar oprasi
prosedur yang telah ditetapkan oleh pemilik tempat yang ia sewakan, sedangkan
pedagang keliling, mereka bekerja dengan karakter dan cara mereka masing-masing
sehingga sang pedagang keliling bekerja berdasarkan setoran sedangkan pedagang
yang menetap hasil dibagi oleh pemilik tempat. Namun pedagang keliling pada
umumnya memiliki kecemburuan social yang tinggi, khususnya apabila salah
seorang pedagang memiliki pelanggan yang banyak sedangkan pedagang bubur keliling
yang lain memiliki pelanggan yang sedikit, maka bisa menimbulkan kesenjangan
dari segi pendapatan kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar