Kamis, 10 November 2011

Efek Keluarga "Broken Home" Terhadap Perkembangan Anak

Broken home adalah istilah lain dari keretakkan rumah tangga yang diakibatkan oleh perceraian. Broken home lebih sering terdengar ditelinga kita dalam bentuk kata “anak broken home” dari pada broken home itu sendiri. Seorang anak yang selalu hidup terisolir dalam konflik kedua orangtuanya, sangat berpontensi melakukan hal-hal negatif dan diluar batas.


Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga.

Efek pertikaian ini, biasanya akan membuat si anak cenderung melakukan hal-hal negatif diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosi yang disebabkan, akan membuat si anak mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol hingga melakukan seks bebas.

Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap.

Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.

Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents Always Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being”, mengungkap bahwa seorang anak yang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah.

Ironisnya, dalam usia belia, mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan secara seksual.

Berdasarkan hal tersebut, Musick mengambil sebuah kesimpulan nyata, bahwa hidup dengan kedua orangtua lengkap takkan menjamin jiwa dan mental seorang anak. “Lebih baik anak hidup dan dibesarkan secara ’sehat’ dengan orangtua tunggal dibanding harus dengan dua orangtua yang selalu bertengkar,” begitu tulis Musick.
Anak broken home dilihat dari beberapa aspek. Dilihat dari sapek kasih sayang. Anak broken home mendapatkan kasih sayang yang kurang, kasih sayang yang kita dapatkan dari orangtua jika tinggal di salah satu orangtua kita adalah, dari ibu jika tinggal dengan ibunya, dari ayahnya jika tinggal dengan ayahnya. Walau pun jika memiliki ayah atau ibu tiri sangatlah berbeda tidak sebaik yang ayah atau ibu kandung berikan. Dalam beberapa kasus bahkan ada yang menitipkan anaknya dikakek-neneknya karena orangtuanya ingin meniti karir. Dilihat dari aspek ekonomi, anak broken home biasanya mendapatkan sokongan finansial dengan sistem kirim/transfer dari salah satu ini, yaitu kedua orangtuanya, kedua orangtuanya ditambah ayah/ibu tirinya, salah satu orangtuanya ditambah ayah/ibu tirinya, dan salah satu orangtuanya ditambah kakek-nenek karena salah satu orangtuanya khilaf akan tanggungjawabnya kepada anak. mayoritas anak broken home di Indoesia berada di bawah garis kemiskinan, seperti saya salah satu dari sekian juta mayoritas orang miskin di negri ini, saya mendapatkan segala macam bantuan dari pemerintah mulai dari ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin), JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin), RASKIN, dll. Dilihat dari aspek didikan orangtuanya, anak broken home selama hidup, masa kecilnya lebih banyak dididik oleh salah satu orangtuanya, misalnya seperti saya yang tinggal dengan ibu saya karena ibu saya hanya memiliki 1 orang anak, karena ibu saya telah menjadi janda sejak saya berumur 3 tahun, sejak umur 3 tahun hingga saya menulis ini ibu saya tetap seorang janda yang belum pernah menikah lagi alias hanya pernah 1 kali menikah dengan ayah kandung saya dan saya pun tidak pernah merasakan memiliki ayah tiri. Oleh karena itu, walau pun ayah kandung saya pernah menyindir saya katanya “salah didikan”. Didikan ibu kandung saya yang saya rasakan agak cuek terhadap anak yang memang didikannya kurang bagus, dan juga mungkin karena rasa jengkel, kesal, dan marahnya kepada ayah kandung saya tetapi hanya bisa meluapkannya kepada saya. Jadilah saya seperti ini apa adanya, didikan orangtua terhadap anaknya seperti membuat sebuah roti, jika ingin membuat roti yang istimewa, lezat, eak, dll kita harus memberikan bahan-bahan roti yang terbaik, diolah oleh tenaga profesional dibidangnya, dibuat dengan menggunakan alat-alat yang modern sebagai alat-alat penunjangnya, dikemas dengan strategi promosi yang handal, maka roti tersebut akan bernilai jual tinggi dipasaran.
Anak broken home tidak selamanya identik dengan kenakalan remaja, hal ini memang sering terjadi dikalangan anak broken home mungkin karena kurangnya perhatian, kasih sayang, , dan didikan orangtuanya terhadap si anak, sehingga si anak ingin mendapatkan itu dengan cara negatif yang biasanya dalam bentuk kenakalan remaja, padahal dengan cara negatif itu tidak dibenarkan dan memang salah besar, karena kita bisa saja bukannya mendapatkan perhatian orangtua tetapi malah mendapatkan dampak negatifnya dari kenaklan remaja tersebut, misalnya dengan cara coba-coba merokok hingga ujung-ujungnya ke narkoba hal ini bukannya menyelesaikan masalah tapi malah memperburuk keadaan, jadi belajarlah dewasa dalam menghadapi masalah selesaikanlah dengan hal-hal positif, karena masih banyak cara positif yang bisa dilakukan, misalnya tunjukkan kepada orangtua mu tentang prestasi-prestasi mu disekolah mungkin hal ini bisa menjadi cara agar orangtua mu lebih baik kepada mu, sayang, perhatian, dll. Sehingga merubah pola pikirnya, buat orang tua mu berkata ternyata anak ku ini bisa buat ku bangga, menyesal selama ini aku telah menyia-nyiakannya. Jadi kita bukan hanya mendapatkan kasih, sayang, perhatian, dll tetapi juga dampak positif dari hal positif tadi, berbeda dengan melakukan hal negatif yang berdampak negatif pula terhadap diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman

About

want to know me? ask Fikri Mulkan XD♥
Twitter Widgets
Powered By Vistaprint